BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif tinggi dan cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-laki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif tinggi dan cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-laki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000.Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Rumusan Masalah
1. Kanker payudara pada wanita
2. Kanker payudara pada pria
3. Pencegahan kanker payudara
4. Statistik penderita kanker payudara
5. Kasus kanker payudara pada pasien
6. Peran tenaga SKM dalam pencegahan kanker payudara
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai bahan bacaan atau referensi bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalh ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kanker payudara, bagaimana ciri-cirinya serta bahaya dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Rumusan Masalah
1. Kanker payudara pada wanita
2. Kanker payudara pada pria
3. Pencegahan kanker payudara
4. Statistik penderita kanker payudara
5. Kasus kanker payudara pada pasien
6. Peran tenaga SKM dalam pencegahan kanker payudara
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai bahan bacaan atau referensi bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalh ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kanker payudara, bagaimana ciri-cirinya serta bahaya dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor.Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker.Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Anonim, 2009).
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor.Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker.Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Anonim, 2009).
Kanker Payudara Pada Wanita
Payudara (mammae) adalah kelenjar kulit yang di dalam hidup ini mengambil posisi begitu penting, sehingga hewan menyusui di beri nama mammalia dan kita memanggil ibu dengan ‘mama’. Di buat di kulit, seperti kelenjar keringan yang tidak terlihat, kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar susu yang member kita makanan dan kemesraan pada bulan bulan pertama kehidupan, kecuali ada sesuatu yang membuatnya tidak mampu atau tidak bias
Payudara (mammae) adalah kelenjar kulit yang di dalam hidup ini mengambil posisi begitu penting, sehingga hewan menyusui di beri nama mammalia dan kita memanggil ibu dengan ‘mama’. Di buat di kulit, seperti kelenjar keringan yang tidak terlihat, kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar susu yang member kita makanan dan kemesraan pada bulan bulan pertama kehidupan, kecuali ada sesuatu yang membuatnya tidak mampu atau tidak bias
Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang masing masing tumbuh besar, unit-unit yang bersama-sama memnbentuk struktur kelenjar payudara yang berjendal jendul dan semuanya bermuarah di puting. Payudara tudak ada hubungannya dengan otot dada besar (muskulus pektoralis) yang melaluui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan atas dan di ujung lain berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti kipas. Burung menggunakan otot ini untuk terbang, harimau tutul menggunakannya untuk lari cepat memburu korabannya dan kita memerlukannya untuk saling memeluk.
Jadi, kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada.Kelenjar limfe ketiak membentuk system pengaliran limfe bagi kedua kuadran atas tubuh, selain payudara termasuk di sini juga kedua lengan.Jumlah kelenjar limfa ini berfariasi, meluasnya dari sisi luar atas kelenjar payudara sampai di bawah dan belakang tulang selangkah. Di sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah saling berhubungan dengan system pembulu balik, jalan bagi metastatis hematogen berjarak.
Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe, pertumbuhan masuk dari kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini, terjadilah edema (sembab,pembekakan) limfe yang ditakuti dari lengan dan tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar satu persatu terkena.
Kelenjar yang menempung penyebaran pertama disebut kelennjar penjaga gerbang pengawal. Terkena tidaknya kelenjar ini akan menentukan pilihan terapi. Jika kelenjar ini bebas dari metastatis, penyebaran dikelenjar limfe lain yang letaknya lebih ke atas tidak perlu di fikirkan.
Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna.Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.85% jaringan payudara terdiri dari lemak.Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya.Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara.
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna.Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.85% jaringan payudara terdiri dari lemak.Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya.Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara.
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat.Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan median bawah.
1. Penyebab dan Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, Faktor risiko timbulnya kanker payudara yaitu:
1. Penyebab dan Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, Faktor risiko timbulnya kanker payudara yaitu:
a. Gender
Ini adalah faktor risiko terbesar gejala kanker payudara. Pria dapat terkena kanker payudara, tapi itu 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, terutama karena jaringan payudara perempuan jauh lebih terkena hormon seperti estrogen yang mengembangkan pertumbuhan sel abnormal.
b. Umur
Ini adalah salah satu faktor risiko terkuat terserang kanker payudara. Sekitar 85% kasus terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 5% terjadi pada wanita dibawah usia 40.
c. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki dua atau lebih kerabat tingkat pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan) yang pernah mengalami kanker payudara atau ovarium memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% terkena kanker payudara.Salah satu alasan utama untuk risiko ini merupakan mutasi diwariskan dalam salah satu dari dua gen, BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen lain juga dapat mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak mempengaruhi resiko kanker payudara.
d. Gejala kanker payudara sebelumnya
Jika Anda sudah memiliki kanker pada satu payudara, Anda memiliki risiko empat kali lipat terkena kanker baru pada payudara yang lain atau bagian lain
dari payudara yang sama. (Ini tidak sama dengan kambuhnya kanker asli).
e. Kepadatan payudara
Wanita dengan jaringan payudara padat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara daripada wanita yang payudaranya relatif lebih lemak.Proporsi yang lebih besar dari jaringan payudara yang padat pada mammogram, semakin tinggirisikonya.
Ini adalah faktor risiko terbesar gejala kanker payudara. Pria dapat terkena kanker payudara, tapi itu 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, terutama karena jaringan payudara perempuan jauh lebih terkena hormon seperti estrogen yang mengembangkan pertumbuhan sel abnormal.
b. Umur
Ini adalah salah satu faktor risiko terkuat terserang kanker payudara. Sekitar 85% kasus terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 5% terjadi pada wanita dibawah usia 40.
c. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki dua atau lebih kerabat tingkat pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan) yang pernah mengalami kanker payudara atau ovarium memiliki kemungkinan lebih besar dari 50% terkena kanker payudara.Salah satu alasan utama untuk risiko ini merupakan mutasi diwariskan dalam salah satu dari dua gen, BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen lain juga dapat mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak mempengaruhi resiko kanker payudara.
d. Gejala kanker payudara sebelumnya
Jika Anda sudah memiliki kanker pada satu payudara, Anda memiliki risiko empat kali lipat terkena kanker baru pada payudara yang lain atau bagian lain
dari payudara yang sama. (Ini tidak sama dengan kambuhnya kanker asli).
e. Kepadatan payudara
Wanita dengan jaringan payudara padat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara daripada wanita yang payudaranya relatif lebih lemak.Proporsi yang lebih besar dari jaringan payudara yang padat pada mammogram, semakin tinggirisikonya.
f. Kondisi payudara jinak tertentu
Wanita yang pernah menjalani biopsi yang menunjukkan suatu pertumbuhan berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus memiliki peningkatan risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul (suatu kondisi yang disebut hiperplasia atipikal).
g. Paparan radiasi
Wanita yang pernah terkena radiasi tinggi ke dada sebagai bagian dari pengobatan untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin) memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara, terutama jika mereka menjalani radiasi selama masa remaja.
h. Paparan estrogen
Semakin lama seorang wanita terkena estrogen, semakin besar risiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal, sebelum usia 12, dan / atau mengalami menopause terlambat (setelah usia 55) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara, kemungkinan karena peningkatan paparan seumur hidup terhadap estrogen. Penggunaan kontrasepsi oral saat ini sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi kembali normal setelah pil dihentikan.Denganpenggunaan terapi hormon postmenopause dengan estrogen plus progestin meningkatkan risiko kanker payudara.
i. Dietilstilbestrol (DES) eksposur
Wanita yang menggunakan DES - obat yang digunakan dari tahun 1940 sampai tahun 1960 untuk mencegah keguguran memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara.
j. Berat badan
Kelebihan berat badan atau obesitas telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara, terutama bagi wanita setelah menopause.Ini mungkin bahwa risiko meningkat pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan di masa dewasa tetapi tidak pada mereka yang pernah mengalami kelebihan berat badan sejak kecil.
k. Alkohol
Wanita yang minum alkohol memiliki peningkatan risiko kanker payudara, dibandingkan dengan wanita yang tidak minum, dan resiko akan meningkat dengan jumlah minuman yang dikonsumsi.
l. Kanker lainnya
Wanita yang telah didiagnosa dengan kanker ovarium, usus besar, endometrium atau lebih mungkin terkena kanker payudara daripada wanita yang tidak memiliki kanker ini.
m. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
n. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menapause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).
o. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
p. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi
Berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun (OR=3,10).
q. Konsumsi Rokok
Wanita yang pernah menjalani biopsi yang menunjukkan suatu pertumbuhan berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus memiliki peningkatan risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul (suatu kondisi yang disebut hiperplasia atipikal).
g. Paparan radiasi
Wanita yang pernah terkena radiasi tinggi ke dada sebagai bagian dari pengobatan untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin) memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara, terutama jika mereka menjalani radiasi selama masa remaja.
h. Paparan estrogen
Semakin lama seorang wanita terkena estrogen, semakin besar risiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal, sebelum usia 12, dan / atau mengalami menopause terlambat (setelah usia 55) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara, kemungkinan karena peningkatan paparan seumur hidup terhadap estrogen. Penggunaan kontrasepsi oral saat ini sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi kembali normal setelah pil dihentikan.Denganpenggunaan terapi hormon postmenopause dengan estrogen plus progestin meningkatkan risiko kanker payudara.
i. Dietilstilbestrol (DES) eksposur
Wanita yang menggunakan DES - obat yang digunakan dari tahun 1940 sampai tahun 1960 untuk mencegah keguguran memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara.
j. Berat badan
Kelebihan berat badan atau obesitas telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara, terutama bagi wanita setelah menopause.Ini mungkin bahwa risiko meningkat pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan di masa dewasa tetapi tidak pada mereka yang pernah mengalami kelebihan berat badan sejak kecil.
k. Alkohol
Wanita yang minum alkohol memiliki peningkatan risiko kanker payudara, dibandingkan dengan wanita yang tidak minum, dan resiko akan meningkat dengan jumlah minuman yang dikonsumsi.
l. Kanker lainnya
Wanita yang telah didiagnosa dengan kanker ovarium, usus besar, endometrium atau lebih mungkin terkena kanker payudara daripada wanita yang tidak memiliki kanker ini.
m. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
n. Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menapause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).
o. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
p. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi
Berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun (OR=3,10).
q. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara daripada wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki- laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara (RR=1,26).
r. Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen)
r. Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen)
Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting. Riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan resiko berkembangnya penyakit ini. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.
Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.
2. Gejala Kanker Payudara
Gejala kanker payudara dapat dilihat dari : benjolan, nyeri, perubahan warna kulit, pembengkakan, rasa panas/terbakar, perubahan bentuk/ukuran yang di luar kewajaran, puting melesak ke dalam, keluar cairan (selain air susu pada saat menyusui) dari puting, atau benjolan di ketiak.
a. Benjolan
Benjolan di payudara dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tetapi sebagian besar adalah benjolan jinak. Benjolan juga dapat berbentuk padat (fibroadenoma/FAM, lipoma, dst) atau berisi cairan (kista). Untuk benjolan yang jinak, sebenarnya tidak diperlukan pengobatan apapun.Jika benjolan terasa mengganggu atau terus membesar, dapat dilakukan operasi pengangkatan atau penyedotan jika benjolan berisi cairan.
b. Nyeri
Nyeri juga dapat muncul jika ada benjolan, infeksi, atau kanker di payudara.Namun, kanker payudara jarang menimbulkan rasa nyeri.Rasa nyeri di payudara sering hilang sendiri tanpa perlu pengobatan apapun.Jika rasa nyeri dirasa mengganggu, dapat menggunakan obat pengurang rasa nyeri seperti parasetamol.Untuk rasa nyeri di payudara terjadi dalam waktu lama (di atas 1 bulan) atau tidak bisa hilang dengan obat pengurang rasa nyeri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter langganannya.
c. Kedua sisi payudara asimetris
Karena keberadaan tumor atau pelekatan tumor dan dinding dada, payudara bisa mengalami perubahan volume atau bentuk, ini harus diwaspadai dan segera melakukan pemeriksaan terkait.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada gejala awalnya bisa ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak.
e. Perubahan pada puting
Saat tumor invasi ke daerah bawah puting atau areola, bisa menyebabkan putting mengalami deviasi ke satu sisi, retraksi atau depresi.
f. Perubahan pada bagian kulit
Kulit payudara bisa berubah seperti kulit jeruk, pada edema terdapat pori-pori yang memiliki depresi yang jelas, menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata, seperti kulit jeruk.
g. Keluarnya Cairan
Keluarnya cairan dari payudara sebenarnya adalah hal yang normal (saat setelah melahirkan) karena payudara adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan yang dikenal sebagai air susu ibu (ASI). Jika cairan bercampur darah, yang biasanya disebabkan tumor jinak pada kelenjar payudara atau kanker payudara.Cairan yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh benjolan jinak. Sedangkan cairan yang bernanah & berbau amis disebabkan oleh infeksi di payudara. Jika muncul cairan dari payudara yang terlihat normal tetapi di luar masa menyusui & dalam waktu lama, atau cairan tersebut tidak normal, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya untuk dapat diobati sesuai penyebabnya. Perempuan yang sudah menopause & mengalami keluarnya cairan adalah tidak normal & harus berkonsultasi dengan dokter.
Untuk menghindari setiap kelainan/gangguan apapun agar segera ditangani dengan cepat & lebih baik sebelum meluas/bertambah parah, maka setiap tahun lakukanlah pemeriksaan payudara oleh dokter sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin & dapat disertai pemeriksaan tambahan untuk kelainan di payudara sesuai indikasi seperti USG, mammografi, CT-scan, MRI, atau pemeriksaan hormonal.
3. Pemeriksaan Pada Kanker Payudara
Pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan sendiri atau di kenal dengan istilah SADARI. Langkah-langkah dalam melakukan SADARI :
a. Langkah PERTAMA
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang. Perhatikan UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta puting. Wajib memeriksakan ke dokter, jika ada kulit payudara pada satu tempat ‘masuk’ kedalam, berkerut, kemerahan , terdapat luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk kedalam atau letak abnormal.
b. Langkah KEDUA
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama diatas. Kemudian tekan / pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar, maka segeralah periksakan diri ke dokter.
c. Langkah KETIGA
Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan diperiksa) , diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa payudara kanan begitu sebaliknya.Raba seluruh payudara (seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah payudara.Bisa juga mulai dari puting, dengan arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara.Pastikan seluruh payudara terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai seluruh kedalaman payudara (bisa merasakan tulang iga dibelakang payudara).
d. Langkah KEEMPAT
Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk.Lakukan perabaan seperti pada langkah ke tiga.Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi, karena lebih mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara basah.Secara berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai FAKTOR RESIKO terkena kanker payudara.
4. Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar.Kelenjar getah bening regional belum teraba.Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya.Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Gejala Kanker Payudara
Gejala kanker payudara dapat dilihat dari : benjolan, nyeri, perubahan warna kulit, pembengkakan, rasa panas/terbakar, perubahan bentuk/ukuran yang di luar kewajaran, puting melesak ke dalam, keluar cairan (selain air susu pada saat menyusui) dari puting, atau benjolan di ketiak.
a. Benjolan
Benjolan di payudara dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tetapi sebagian besar adalah benjolan jinak. Benjolan juga dapat berbentuk padat (fibroadenoma/FAM, lipoma, dst) atau berisi cairan (kista). Untuk benjolan yang jinak, sebenarnya tidak diperlukan pengobatan apapun.Jika benjolan terasa mengganggu atau terus membesar, dapat dilakukan operasi pengangkatan atau penyedotan jika benjolan berisi cairan.
b. Nyeri
Nyeri juga dapat muncul jika ada benjolan, infeksi, atau kanker di payudara.Namun, kanker payudara jarang menimbulkan rasa nyeri.Rasa nyeri di payudara sering hilang sendiri tanpa perlu pengobatan apapun.Jika rasa nyeri dirasa mengganggu, dapat menggunakan obat pengurang rasa nyeri seperti parasetamol.Untuk rasa nyeri di payudara terjadi dalam waktu lama (di atas 1 bulan) atau tidak bisa hilang dengan obat pengurang rasa nyeri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter langganannya.
c. Kedua sisi payudara asimetris
Karena keberadaan tumor atau pelekatan tumor dan dinding dada, payudara bisa mengalami perubahan volume atau bentuk, ini harus diwaspadai dan segera melakukan pemeriksaan terkait.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada gejala awalnya bisa ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak.
e. Perubahan pada puting
Saat tumor invasi ke daerah bawah puting atau areola, bisa menyebabkan putting mengalami deviasi ke satu sisi, retraksi atau depresi.
f. Perubahan pada bagian kulit
Kulit payudara bisa berubah seperti kulit jeruk, pada edema terdapat pori-pori yang memiliki depresi yang jelas, menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata, seperti kulit jeruk.
g. Keluarnya Cairan
Keluarnya cairan dari payudara sebenarnya adalah hal yang normal (saat setelah melahirkan) karena payudara adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan yang dikenal sebagai air susu ibu (ASI). Jika cairan bercampur darah, yang biasanya disebabkan tumor jinak pada kelenjar payudara atau kanker payudara.Cairan yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh benjolan jinak. Sedangkan cairan yang bernanah & berbau amis disebabkan oleh infeksi di payudara. Jika muncul cairan dari payudara yang terlihat normal tetapi di luar masa menyusui & dalam waktu lama, atau cairan tersebut tidak normal, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya untuk dapat diobati sesuai penyebabnya. Perempuan yang sudah menopause & mengalami keluarnya cairan adalah tidak normal & harus berkonsultasi dengan dokter.
Untuk menghindari setiap kelainan/gangguan apapun agar segera ditangani dengan cepat & lebih baik sebelum meluas/bertambah parah, maka setiap tahun lakukanlah pemeriksaan payudara oleh dokter sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin & dapat disertai pemeriksaan tambahan untuk kelainan di payudara sesuai indikasi seperti USG, mammografi, CT-scan, MRI, atau pemeriksaan hormonal.
3. Pemeriksaan Pada Kanker Payudara
Pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan sendiri atau di kenal dengan istilah SADARI. Langkah-langkah dalam melakukan SADARI :
a. Langkah PERTAMA
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang. Perhatikan UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta puting. Wajib memeriksakan ke dokter, jika ada kulit payudara pada satu tempat ‘masuk’ kedalam, berkerut, kemerahan , terdapat luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk kedalam atau letak abnormal.
b. Langkah KEDUA
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama diatas. Kemudian tekan / pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar, maka segeralah periksakan diri ke dokter.
c. Langkah KETIGA
Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan diperiksa) , diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa payudara kanan begitu sebaliknya.Raba seluruh payudara (seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah payudara.Bisa juga mulai dari puting, dengan arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara.Pastikan seluruh payudara terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai seluruh kedalaman payudara (bisa merasakan tulang iga dibelakang payudara).
d. Langkah KEEMPAT
Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk.Lakukan perabaan seperti pada langkah ke tiga.Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi, karena lebih mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara basah.Secara berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai FAKTOR RESIKO terkena kanker payudara.
4. Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar.Kelenjar getah bening regional belum teraba.Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya.Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain.Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalang pengengkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
5. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
d. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
e. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker. protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker menyebar cepat dan mematikan.Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang telah didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .
f. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup.Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengancapecitabine.Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit).
Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2- positif,trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.
Kanker Payudara Pada Pria
Kanker payudara pada pria adalah penyakit yang langka.Kurang dari 1% kanker payudara terjadi pada pria. Mungkin akan terlintas dalam pikiran kita : Pria tidak mempunyai payudara, bagaimana mereka bisa terkena kanker payudara? Yang benar adalah bahwa remaja laki-laki dan perempuan, pria dan wanita semua mempunyai jaringan payudara.Berbagai macam hormone pada wanita/gadis menstimulasi jaringan pada payudara sedemikian rupa sehingga membentuk payudara penuh.Sedangkan pada tubuh pria secara normal tidak ada stimulasi hormone pada payudara.Akibatnya jaringan payudaranya tetap kecil dan rata.Ada juga, sering kita lihat pria / anak laki-laki dengan ukuran payudara besar.Biasanya itu hanya karena gemuk.Tapi kadang ada beberapa pria jaringan kelenjar payudaranya tumbuh, itu disebabkan karena mereka menggunakan beberapa obat, pecandu alcohol, pengguna marijuana atau mempunyai tingkat hormone yang tidak normal.
5. Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
d. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan).Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
e. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker. protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker menyebar cepat dan mematikan.Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang telah didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .
f. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup.Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengancapecitabine.Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit).
Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2- positif,trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.
Kanker Payudara Pada Pria
Kanker payudara pada pria adalah penyakit yang langka.Kurang dari 1% kanker payudara terjadi pada pria. Mungkin akan terlintas dalam pikiran kita : Pria tidak mempunyai payudara, bagaimana mereka bisa terkena kanker payudara? Yang benar adalah bahwa remaja laki-laki dan perempuan, pria dan wanita semua mempunyai jaringan payudara.Berbagai macam hormone pada wanita/gadis menstimulasi jaringan pada payudara sedemikian rupa sehingga membentuk payudara penuh.Sedangkan pada tubuh pria secara normal tidak ada stimulasi hormone pada payudara.Akibatnya jaringan payudaranya tetap kecil dan rata.Ada juga, sering kita lihat pria / anak laki-laki dengan ukuran payudara besar.Biasanya itu hanya karena gemuk.Tapi kadang ada beberapa pria jaringan kelenjar payudaranya tumbuh, itu disebabkan karena mereka menggunakan beberapa obat, pecandu alcohol, pengguna marijuana atau mempunyai tingkat hormone yang tidak normal.
Karena kanker payudara pada pria sangat jarang, beberapa kasus saat ini sedang dipelajari. Tapi apabila kasus-kasus itu dikumpulkan maka akan didapat hasil sebagai berikut , Tanda-tanda yang harus diwaspadai :
1. Terasa benjolan di payudara
2. Puting terasa sakit
3. Puting berubah bentuk ( biasanya menekuk kedalam )
4. Keluar cairan dari putting ( bisa bening atau darah )
5. Nyeri pada puting atau areola ( area yang berwarna gelap didaerah puting )
6. Pembesaran kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )
1. Terasa benjolan di payudara
2. Puting terasa sakit
3. Puting berubah bentuk ( biasanya menekuk kedalam )
4. Keluar cairan dari putting ( bisa bening atau darah )
5. Nyeri pada puting atau areola ( area yang berwarna gelap didaerah puting )
6. Pembesaran kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )
Perlu diingat bahwa pembesaran kedua payudara pada pria biasanya bukan kanker. Keadaan ini dalam kedokteran disebutgynecomastia.
Suatu studi tentang kanker payudara pada pria menemukan bahwa waktu yang diperlukan antara tanda-tanda awal hingga diagnose membutuhkan waktu 19 bulan, atau bisa lebih dari satu tahun. Ini mungkin disebabkan karena orang tidak menyangka / mengharap kanker payudara terjadi pada pria, sehingga sangat jarang yang terdeteksi dini.Jadi, seperti yang terjadi pada wanita juga, apabila terjadi perubahan yang mencolok pada payudaranya, pria juga sebaiknya segera ke dokter.Karena semakin cepat terdeteksi maka kemungkinan sembuh lebih besar.Sangat perlu dimengerti, factor resiko kanker payudara pada pria, terutama karena pria tidak mengadakan screening/pemeriksaan secara rutin untuk tujuan mengetahui ada/ tidaknya kanker pada payudaranya.Hal ini karena tidak terpikir bahwa ini bisa terjadi.Akibatnya kanker payudara pada pria biasanya pada deteksi awal kebanyakan sudah mencapai stadium lanjut.
Suatu studi tentang kanker payudara pada pria menemukan bahwa waktu yang diperlukan antara tanda-tanda awal hingga diagnose membutuhkan waktu 19 bulan, atau bisa lebih dari satu tahun. Ini mungkin disebabkan karena orang tidak menyangka / mengharap kanker payudara terjadi pada pria, sehingga sangat jarang yang terdeteksi dini.Jadi, seperti yang terjadi pada wanita juga, apabila terjadi perubahan yang mencolok pada payudaranya, pria juga sebaiknya segera ke dokter.Karena semakin cepat terdeteksi maka kemungkinan sembuh lebih besar.Sangat perlu dimengerti, factor resiko kanker payudara pada pria, terutama karena pria tidak mengadakan screening/pemeriksaan secara rutin untuk tujuan mengetahui ada/ tidaknya kanker pada payudaranya.Hal ini karena tidak terpikir bahwa ini bisa terjadi.Akibatnya kanker payudara pada pria biasanya pada deteksi awal kebanyakan sudah mencapai stadium lanjut.
Dibawah ini adalah factor-faktor yang bisan menaikkan resiko pria terkena kanker payudara :
1. Usia
Seperti juga pada wanita, usia bertambah resiko juga bertambah. Usia rata-rata pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah 67 tahun. Itu berarti bahwa separoh pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah berusia diatas 67 tahun. Dan setengahnya lagi dibawah usia itu.
2. Kadar Estrogen yang tinggi
Sel payudara tumbuh, baik yang normal ataupun abnormal, itu distimulasi oleh adanya hormone estrogen. Pria bisa mempunyai level estrogen yang tinggi karena beberapa hal :
a. Menggunakan obat-obat hormonal
b. Terlalu gemuk, sehingga meningkatkan produksi hormone estrogen
c. Terexpose estrogen dari lingkungan (misalnya berasal dari estrogen atau hormone lain yang digunakan untuk menggemukkan ternak sapi, campuran / turunan dari produk pestisida, yang menyerupai efek estrogen dalam tubuh ).
d. Pecandu alcohol, yang dapat mengurangi fungsi lever dalam mengatur kadar estrogen dalam darah.
e. Mempunyai penyakit lever, yang biasanya mengakibatkan pada kadar endrogen ( hormone laki-laki ) yang rendah, sebaliknya kadar estrogen ( hormone wanita ) tinggi. Ini juga menaikkan resiko terjadi gynecomastia dan kanker payudara.
3. Klinefelter Syndrome
Mempunyai kadar hormone endrogen yang rendah dan kadar estrogen tinggi. Sehingga mempunyai resiko mendapatkan penyakit gynecomastia dan kanker payudara. Klinefelter syndrome adalah: kondisi yang terjadi saat lahir ( terjadinya,1 berbanding 1000 pria ). Normalnya laki-laki mempunyai kromosom X dan Y. Tapi, pria dengan syndrome ini mempunyai lebih dari satu kromosom X ( kadang empat ). Tanda-tanda syndrome ini adalah : Mempunyai kaki lebih panjang, suara tinggi, jenggot yang tipis dibandingkan rata-rata pria, mempunyai testis kecil daripada ukuran normal dan infertile ( tidak bisa memproduksi sperma ).
4. Mempunyai riwayat keluarga yang banyak menderita kanker payudara atau perubahan genetic.
Riwayat keluarga dapat menaikkan resiko terkena kanker payudara, terutama apabila didalam keluarga ada pria yang terkena kanker payudara. Juga apabila terbukti adanya gen abnormal kanker payudara didalam riwayat keluarga. Pria yang mewarisi gen abnormal BRCA1 dan BRCA2 resiko terkena kanker payudara meningkat. Tapi bisa juga terjadi pada pria yang tidak mempunyai riwayat keluarga terkena kanker payudara dan tidak mewarisi gen abnormal tersebut.
5. Terpapar radias
Memperoleh terapi radiasi didada sebelum usia 30 tahun, khususnya semasa remaja, meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Ini terlihat pada remaja-remaja pria yang memperoleh radiasi untuk pengobatan penyakit Hodgkin.( Disini tidak termasuk terapi radiasi untuk pengobata kanker payudara ).
Untuk masalah diagnose dan pengobatan sama dengan kanker payudara pada wanita.
Pencegahan Kanker Payudara
Salah satu pencegahan kanker payudara adalah pola makan yang sehat.Diperkirakan satu dari tiga kasus kanker payudara karena faktor pola makan.
Pola makan yang baik yang akan membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh Anda dan ini merupakan pencegahan penyakit yang paling ampuh. Meskipun belum diketahui adanya makanan yang dapat menyembuhkan kanker, memakan makanan tertentu dan mengurangi makanan tertentu lainnya dapat menjadi tindakan pencegahan.
1. Usia
Seperti juga pada wanita, usia bertambah resiko juga bertambah. Usia rata-rata pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah 67 tahun. Itu berarti bahwa separoh pria yang didiagnose terkena kanker payudara adalah berusia diatas 67 tahun. Dan setengahnya lagi dibawah usia itu.
2. Kadar Estrogen yang tinggi
Sel payudara tumbuh, baik yang normal ataupun abnormal, itu distimulasi oleh adanya hormone estrogen. Pria bisa mempunyai level estrogen yang tinggi karena beberapa hal :
a. Menggunakan obat-obat hormonal
b. Terlalu gemuk, sehingga meningkatkan produksi hormone estrogen
c. Terexpose estrogen dari lingkungan (misalnya berasal dari estrogen atau hormone lain yang digunakan untuk menggemukkan ternak sapi, campuran / turunan dari produk pestisida, yang menyerupai efek estrogen dalam tubuh ).
d. Pecandu alcohol, yang dapat mengurangi fungsi lever dalam mengatur kadar estrogen dalam darah.
e. Mempunyai penyakit lever, yang biasanya mengakibatkan pada kadar endrogen ( hormone laki-laki ) yang rendah, sebaliknya kadar estrogen ( hormone wanita ) tinggi. Ini juga menaikkan resiko terjadi gynecomastia dan kanker payudara.
3. Klinefelter Syndrome
Mempunyai kadar hormone endrogen yang rendah dan kadar estrogen tinggi. Sehingga mempunyai resiko mendapatkan penyakit gynecomastia dan kanker payudara. Klinefelter syndrome adalah: kondisi yang terjadi saat lahir ( terjadinya,1 berbanding 1000 pria ). Normalnya laki-laki mempunyai kromosom X dan Y. Tapi, pria dengan syndrome ini mempunyai lebih dari satu kromosom X ( kadang empat ). Tanda-tanda syndrome ini adalah : Mempunyai kaki lebih panjang, suara tinggi, jenggot yang tipis dibandingkan rata-rata pria, mempunyai testis kecil daripada ukuran normal dan infertile ( tidak bisa memproduksi sperma ).
4. Mempunyai riwayat keluarga yang banyak menderita kanker payudara atau perubahan genetic.
Riwayat keluarga dapat menaikkan resiko terkena kanker payudara, terutama apabila didalam keluarga ada pria yang terkena kanker payudara. Juga apabila terbukti adanya gen abnormal kanker payudara didalam riwayat keluarga. Pria yang mewarisi gen abnormal BRCA1 dan BRCA2 resiko terkena kanker payudara meningkat. Tapi bisa juga terjadi pada pria yang tidak mempunyai riwayat keluarga terkena kanker payudara dan tidak mewarisi gen abnormal tersebut.
5. Terpapar radias
Memperoleh terapi radiasi didada sebelum usia 30 tahun, khususnya semasa remaja, meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Ini terlihat pada remaja-remaja pria yang memperoleh radiasi untuk pengobatan penyakit Hodgkin.( Disini tidak termasuk terapi radiasi untuk pengobata kanker payudara ).
Untuk masalah diagnose dan pengobatan sama dengan kanker payudara pada wanita.
Pencegahan Kanker Payudara
Salah satu pencegahan kanker payudara adalah pola makan yang sehat.Diperkirakan satu dari tiga kasus kanker payudara karena faktor pola makan.
Pola makan yang baik yang akan membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh Anda dan ini merupakan pencegahan penyakit yang paling ampuh. Meskipun belum diketahui adanya makanan yang dapat menyembuhkan kanker, memakan makanan tertentu dan mengurangi makanan tertentu lainnya dapat menjadi tindakan pencegahan.
Makanan yang kaya serat, dapat membantu menurunkan kadar prolaktin dan estrogen, kemungkinan dengan mengikatkan diri pada hormon-hormon ini lalu membuangnya ke luar tubuh. Ini dapat menekan fase lanjut dari karsinogenesis (pembentukan kanker).Selain itu, mengurangi makanan berlemak jenuh dapat menurunkan risiko.Kacang kedelai dan produk kedelai tanpa difermentasi dapat menghambat pertumbuhan tumor.
Sayur-sayuran yang kaya vitamin A, seperti wortel, labu siam, ubi jalar, dan sayur-sayuran berdaun hijau tua seperti bayam, kangkung dan sawi hijau, mungkin dapat membantu. Vitamin A mencegah pembentukan mutasi penyebab kanker. Sedangkan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C menurunkan risiko Kanker Payudara.
DATA STATISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA (SUMBER :Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Kanker menjadi penyakit yang menakutkan bagi kalangan medis Indonesia bahkan dunia.Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, terdapat 14 juta kasus baru dan 8.2 juta orang meninggal dunia karena kanker.Kanker paru-paru masih memimpin daftar kematian akibat kanker tertinggi dengan 1.59 juta kasus.Disusul kanker hati dengan 745 ribu orang meninggal, dan kanker saluran pencernaan/GIST (Gastro Intestrinal Stomal Tumor) sejumlah 723 ribu kematian (who.int).
Sedangkan di Indonesia, menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada 347.792 orang atau sekitar 1.4‰ (permil) dari jumlah penduduk Indonesia yang menderita kanker. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penderita kanker terbanyak yaitu sejumlah 68.638 orang (Data Riset Kesehatan Dasar 2013).Daftar provinsi dengan jumlah penderita terbanyak dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Berdasarkan prevalensinya, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi terbesar yaitu 4.1‰ (terlihat pada Tabel 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (kbbi.web.id). Prevalensi dihasilkan dari total jumlah penderita dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut. Satuan prevalensi menggunakan satuan per seribu penduduk atau permil (‰).
No Provinsi Prevalensi(‰)
1 D.I. Yogyakarta 4.1
2 Jawa Tengah 2.1
3 Bali 2.0
4 DKI Jakarta 1.9
5 Bengkulu 1.9
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Sayur-sayuran yang kaya vitamin A, seperti wortel, labu siam, ubi jalar, dan sayur-sayuran berdaun hijau tua seperti bayam, kangkung dan sawi hijau, mungkin dapat membantu. Vitamin A mencegah pembentukan mutasi penyebab kanker. Sedangkan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C menurunkan risiko Kanker Payudara.
DATA STATISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA (SUMBER :Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Kanker menjadi penyakit yang menakutkan bagi kalangan medis Indonesia bahkan dunia.Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, terdapat 14 juta kasus baru dan 8.2 juta orang meninggal dunia karena kanker.Kanker paru-paru masih memimpin daftar kematian akibat kanker tertinggi dengan 1.59 juta kasus.Disusul kanker hati dengan 745 ribu orang meninggal, dan kanker saluran pencernaan/GIST (Gastro Intestrinal Stomal Tumor) sejumlah 723 ribu kematian (who.int).
Sedangkan di Indonesia, menurut data Balitbang Kementerian Kesehatan (2013) ada 347.792 orang atau sekitar 1.4‰ (permil) dari jumlah penduduk Indonesia yang menderita kanker. Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penderita kanker terbanyak yaitu sejumlah 68.638 orang (Data Riset Kesehatan Dasar 2013).Daftar provinsi dengan jumlah penderita terbanyak dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Berdasarkan prevalensinya, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi terbesar yaitu 4.1‰ (terlihat pada Tabel 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prevalensi adalah jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (kbbi.web.id). Prevalensi dihasilkan dari total jumlah penderita dibagi dengan total penduduk di wilayah tersebut. Satuan prevalensi menggunakan satuan per seribu penduduk atau permil (‰).
No Provinsi Prevalensi(‰)
1 D.I. Yogyakarta 4.1
2 Jawa Tengah 2.1
3 Bali 2.0
4 DKI Jakarta 1.9
5 Bengkulu 1.9
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013, Balitbang Kemenkes RI (Data Diolah, 2015)
Penyakit kanker payudara merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu dengan 0.8‰ dan 0.5‰.Setiap tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker payudara di Indonesia.WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker payudara terbanyak di dunia.Kanker payudara juga menjadi peringkat pertama pembunuh wanita di Indonesia.
Provinsi D.I. Yogyakarta menempati peringkat teratas prevalensi kanker payudara tertinggi yaitu 2.4‰.Sementara itu dari segi jumlah penderita, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur masih menjadi provinsi teratas dengan jumlah kasus kanker serviks, payudara, dan prostat terbanyak di Indonesia. Penyakit kanker tidak terbatas pada lanjut usia atau dewasa saja, namun menyerang semua umur. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5.0‰ dan prevalensi terendah pada anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun yaitu sebesar 0,1‰ (Data Riset Kesehatan Dasar 2013).
Menurut data GLOBOCAN tahun 2008, sebuah badan penelitian kanker internasional dibawah WHO, dikutip dari Global Cancer Statistics (2011), tingkat kejadian kanker di Asia Tenggara adalah yang tertinggi di antara negara-negara di seluruh dunia, dengan Indonesia masuk di peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura.
Sumber: Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition (2015)
Pada Gambar 2 terdapat data yang dikutip dari Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition (2015) mengenai perbandingan survival rates (%) beberapa jenis kanker di Indonesia (sampel Jakarta) dengan beberapa negara asia pada pada penderita di atas umur 15 tahun pada tahun 2005-2009. Banyaknya perusahaan dan pengonsumsi rokok di Indonesia membuat penderita baru kanker paru-paru berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya.Tingkat kelangsungan hidup hanya 12% untuk penderita kanker paru-paru di Indonesia.Berada dibawah Korea Selatan dan China dengan 19% dan 18%.
Sementara itu survival rates untuk kanker payudara di Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Turki, China, dan Korea Selatan. Tingkat kelangsungan hidup kanker serviks berada pada tingkat menengah yaitu 65%, dibawah Korea Selatan yaitu 77%. Indonesia juga berada pada tingkat rendah untuk survival rates kanker prostat yang hanya 44%. Jauh dibawah Korea Selatan, China, dan Turki yang berkisar antara 60-80%.Walaupun data tersebut hanya data dengan sampel Jakarta, namun dapat menjadi gambaran umum karena tingkat prevalensi Jakarta masuk 5 besar se-Indonesia (Global Cancer Facts and Figures 3rd Edition).
KASUS KANKER PAYUDARA PADA PASIEN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 02 Februari 1968
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Setia Budi No. 88
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Register : 212
Ruangan/Kamar : Rindu/B2 bedah
Golongan darah : O
Diagnose Medis : Ca Mammae
Tanggal Masuk RS : 01/07/2010
Jam : 10.15 WIB
Tanggal Pengkajian : 02/07/2010
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A. Saleh
Hubungan dengan klien : Suami klien
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Setia Budi No. 88
II. Keluhan Utama
Pembengkakan, nyeri, dan luka yang luas pada payudara kiri.
III. Resume
Pasien masuk RS 01 Juli 2010 pada pukul 10.15 WIB dengan keluhan pembengkakan, nyeri, dan luka yang luas pada payudara kiri. TTV: TD: 110/60 mmHg, RR: 24x/i, Pols: 112x/i, T: 37oC.
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Factor Pencetus : Benjolan di payudara kiri
2. Lamanya keluhan : ± 7 hari
3. Timbulnya Keluhan : Bertahap
4. Bagaimana dirasakan :
Pasien merasakan nyeri di seluruh bagian payudara sebelah kiri dan mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga merasakan mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
5. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah, dan meringis kesakitan.Payudara sebelah kiri tampak membengkak melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah sehingga mengalami ulkus yang meluas dan tampak memperberat aktivitas pasien dengan sedikit bergerak, badan tampak lemah, skala nyeri 5-6 (sedang).
6. Factor yang memperberat :
Anggota tubuh yang mengalami benjolan atau pembengkakan (payudara sebelah kiri).
7. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri :
Istirahat.
8. Upaya yang dilakukan oleh orang lain :
Membawa ke Rumah Sakit.
9. Diagnose Medik : Ca Mammae
V. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Masa kanak-kanak : Demam tinggi
b. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Pernah dirawat/penyakit : Tidak pernah
d. Operasi : Tidak pernah
2. Riwayat alergi
a. Tipe alergi : Tidak ada
b. Reaksi : Tidak ada
c. Tindakan : Tidak ada
3. Imunisasi : Lengkap
VI. Kebutuhan Dasar
1. Pola Nutrisi
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Diet tipe MB MB TKTP
b. Pola diet Diet yang disajikan habis 1 porsi Diet yang disajikan habis ½ porsi
c. Kehilangan selera makan Tidak ada Berkurang (anoreksia)
d. Mual dan Muntah Tidak ada Ada
e. Frekuensi makan 3x1 3x1
f. Makanan yang disukai Tidak ada yang khusus Tidak ada yang khusus
g. Jumlah makanan 1400 kkal 1000 kkal
h. BB/TB 65kg/170cm 58kg/170cm
2. Kebutuhan Cairan
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Jumlah minum 1500-2500cc 1000-2000cc
b. Pola minum 5-8 gelas 4-6 gelas
c. Jenis minum Air putih Air putih
d. Minuman yang disukai Teh manis Teh manis
3. Pola Eliminasi
a. BAB
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Frekuensi 2x1 2x1
b. Waktu Pagi/Malam Pagi/Malam
c. Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
d. Konsistensi Lunak Lunak
b. BAK
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Frekuensi 6x1 hari 5x1 hari
b. Warna Kuning jernih Kuning jernih
c. Bau Khas Khas
d. Jumlah 1500cc 1500cc
4. Pola Istirahat dan Tidur
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Waktu siang 14.00-16.00 WIB
(2 jam) 15.00-15.30 WIB
( ½ jam)
b. Waktu malam 22.00-05.30 WIB
(7,5 jam) 24.00-05.00 WIB
(5 jam)
c. Lama tidur/hari 9,5 jam 5 jam
d. Kesulitan tidur Tidak ada Suara berisik
e. Cara mengatasi Tidak ada Ruangan harus tenang
5. Kebersihan dan Personal Hygiene
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Pemeliharaan badan (mandi) 2x1 hari 1x1 hari
b. Pemeliharaan gigi dan mulut 2x1 hari 1x1 hari
c. Pemeliharaan kuku 2x1 minggu 1x1 minggu
d. Pemeliharaan rambut 1x2 hari 1x3 hari
e. Hambatan dalam melakukan personal hygiene Tidak ada Adanya luka yang dibalut oleh perban
6. Pola Kegiatan/Aktivitas
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Olahraga/jenis/frekuensi Tidak ada Tidak ada
b. Kegiatan waktu luang Mengurus pekerjaan rumah Istirahat, makan, nonton TV
c. Jenis pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
d. Jumlah jam kerja Tidak tentu -
e. Kesulitan/keluhan dalam hal Tidak ada Adanya pembengkakan di payudara kiri memberatkan pasien beraktiivitas dengan sedikit bergerak.
VII. Riwayat Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Keterangan genogram : Yang tinggal 1 rumah
VIII. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Bersih
b. Bahaya : Jauh dari bahaya
c. Polusi : Tidak ada polusi
IX. Riwayat/Keadaan Psikososial
1. Psikologis
· Persepsi terhadap penyakit : Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
KASUS KANKER PAYUDARA PADA PASIEN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 02 Februari 1968
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Setia Budi No. 88
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Register : 212
Ruangan/Kamar : Rindu/B2 bedah
Golongan darah : O
Diagnose Medis : Ca Mammae
Tanggal Masuk RS : 01/07/2010
Jam : 10.15 WIB
Tanggal Pengkajian : 02/07/2010
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A. Saleh
Hubungan dengan klien : Suami klien
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Setia Budi No. 88
II. Keluhan Utama
Pembengkakan, nyeri, dan luka yang luas pada payudara kiri.
III. Resume
Pasien masuk RS 01 Juli 2010 pada pukul 10.15 WIB dengan keluhan pembengkakan, nyeri, dan luka yang luas pada payudara kiri. TTV: TD: 110/60 mmHg, RR: 24x/i, Pols: 112x/i, T: 37oC.
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Factor Pencetus : Benjolan di payudara kiri
2. Lamanya keluhan : ± 7 hari
3. Timbulnya Keluhan : Bertahap
4. Bagaimana dirasakan :
Pasien merasakan nyeri di seluruh bagian payudara sebelah kiri dan mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga merasakan mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
5. Bagaimana dilihat :
Pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah, dan meringis kesakitan.Payudara sebelah kiri tampak membengkak melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah sehingga mengalami ulkus yang meluas dan tampak memperberat aktivitas pasien dengan sedikit bergerak, badan tampak lemah, skala nyeri 5-6 (sedang).
6. Factor yang memperberat :
Anggota tubuh yang mengalami benjolan atau pembengkakan (payudara sebelah kiri).
7. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri :
Istirahat.
8. Upaya yang dilakukan oleh orang lain :
Membawa ke Rumah Sakit.
9. Diagnose Medik : Ca Mammae
V. Riwayat Kesehatan yang lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Masa kanak-kanak : Demam tinggi
b. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Pernah dirawat/penyakit : Tidak pernah
d. Operasi : Tidak pernah
2. Riwayat alergi
a. Tipe alergi : Tidak ada
b. Reaksi : Tidak ada
c. Tindakan : Tidak ada
3. Imunisasi : Lengkap
VI. Kebutuhan Dasar
1. Pola Nutrisi
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Diet tipe MB MB TKTP
b. Pola diet Diet yang disajikan habis 1 porsi Diet yang disajikan habis ½ porsi
c. Kehilangan selera makan Tidak ada Berkurang (anoreksia)
d. Mual dan Muntah Tidak ada Ada
e. Frekuensi makan 3x1 3x1
f. Makanan yang disukai Tidak ada yang khusus Tidak ada yang khusus
g. Jumlah makanan 1400 kkal 1000 kkal
h. BB/TB 65kg/170cm 58kg/170cm
2. Kebutuhan Cairan
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Jumlah minum 1500-2500cc 1000-2000cc
b. Pola minum 5-8 gelas 4-6 gelas
c. Jenis minum Air putih Air putih
d. Minuman yang disukai Teh manis Teh manis
3. Pola Eliminasi
a. BAB
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Frekuensi 2x1 2x1
b. Waktu Pagi/Malam Pagi/Malam
c. Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
d. Konsistensi Lunak Lunak
b. BAK
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Frekuensi 6x1 hari 5x1 hari
b. Warna Kuning jernih Kuning jernih
c. Bau Khas Khas
d. Jumlah 1500cc 1500cc
4. Pola Istirahat dan Tidur
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Waktu siang 14.00-16.00 WIB
(2 jam) 15.00-15.30 WIB
( ½ jam)
b. Waktu malam 22.00-05.30 WIB
(7,5 jam) 24.00-05.00 WIB
(5 jam)
c. Lama tidur/hari 9,5 jam 5 jam
d. Kesulitan tidur Tidak ada Suara berisik
e. Cara mengatasi Tidak ada Ruangan harus tenang
5. Kebersihan dan Personal Hygiene
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Pemeliharaan badan (mandi) 2x1 hari 1x1 hari
b. Pemeliharaan gigi dan mulut 2x1 hari 1x1 hari
c. Pemeliharaan kuku 2x1 minggu 1x1 minggu
d. Pemeliharaan rambut 1x2 hari 1x3 hari
e. Hambatan dalam melakukan personal hygiene Tidak ada Adanya luka yang dibalut oleh perban
6. Pola Kegiatan/Aktivitas
No Data Sebelum Sakit Sesudah Sakit
a. Olahraga/jenis/frekuensi Tidak ada Tidak ada
b. Kegiatan waktu luang Mengurus pekerjaan rumah Istirahat, makan, nonton TV
c. Jenis pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga
d. Jumlah jam kerja Tidak tentu -
e. Kesulitan/keluhan dalam hal Tidak ada Adanya pembengkakan di payudara kiri memberatkan pasien beraktiivitas dengan sedikit bergerak.
VII. Riwayat Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Keterangan genogram : Yang tinggal 1 rumah
VIII. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan rumah : Bersih
b. Bahaya : Jauh dari bahaya
c. Polusi : Tidak ada polusi
IX. Riwayat/Keadaan Psikososial
1. Psikologis
· Persepsi terhadap penyakit : Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
· Konsep diri : Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya.
· Emosi : Stabil
· Adaptasi : Dapat beradaptasi pada lingkungan.
2. Social
· Hubungan antara keluarga : Baik
· Hubungan dengan orang lain : Baik
· Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
· Kegemaran : Tidak ada
· Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
3. Spiritual
· Pola ibadah : - Sebelum masuk RS : kadang-kadang
- Sesudah masuk RS : semakin sering
· Keyakinan tentang kesehatan : Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
X. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital : TD : 110/60 mmHg
RR : 112x/i
Pols : 80x/i
Temp : 37oC
TB : 170 cm
BB : 58 kg
Kepala : Bentuk : Lonjong
Ukuran : Normal
Posisi : Tegak
Warna dan bentuk rambut : Hitam dan ikal
Kebersihan kulit kepala : Kurang bersih
Mata/penglihatan : Bentuk : Simetris
Sclera : Icterus
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Tidak ada kelainan
Posisi : Simetris kanan kiri
Ketajaman penglihatan : Baik, normal 6/6 artinya seorang dapat melihat dengan sebelah mata dengan jarak 6 meter.
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Hidung/penciuman : Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Polip/sumbatan : Tidak ada
Fungsi penciuman : dapat membedakan bau-bauan.
Telinga/pendengaran : Bentuk : Normal
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Fungsi pendengaran : Baik
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Mulut dan faring : Bibir : Normal
Mukosa gigi : Normal
Lidah : Kotor
Gigi : Lengkap dan tidak ada karies
Tonsil/faring : Tidak membesar
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Kebersihan : Kurang
Bau : Tidak ada bau khas
Fungsi pengecapan : Dapat merasakan manis, asam, pahit
Kemampuan menelan : Baik
Leher : Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Vena jugularis : Tidak ada peningkatan
Kekakuan : Tidak ada
Thorax : Bentuk rongga : Simetris
Bunyi napas : Bronchial
Irama pernapasan : Tidak teratur
Bunyi jantung : Normal lup-lup
Nyeri dada : Nyeri pada dada sebelah kiri
Produksi sputum : Tidak ada
Abdomen : Bentuk : Baik
Hepar : Tidak ada pembesaran
Lien : Tidak ada kelainan
Ginjal : Tidak ada kelainan
Nyeri tekan : Tidak ada
Bising usus : Normal 12x/i
Neurologi : Kesadaran : Compos Mentis
Status orientasi : Waktu (√), tempat (√), orang (√)
Memori saat ini : Pasien masih ingat memori saat ini
Memori masa lalu : Pasien masih ingat memori yang lain
Perineum dan genetalia : Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak ada
Haemoroid : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Alat genetalia : Bersih
Ekstremitas atas : Bentuk dan kekuatan : Simetris dan lemah
Rentang gerak : Terbatas
Reflek : Baik
Ekstremitas bawah : Bentuk dan kekuatan : Simetris dan lemah
Rentang gerak : Terbatas
Reflek : Baik
Eliminasi : Pola BAB : 2 kali dengan konsistensi feses lunak.
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Pola BAK : 5x1 dengan frekuensi : 300cc 1 kali BAK
Jumlah urin : 1500cc
Retensi urin : Tidak mengalami retensi urin
Karakter urin : Kuning jernih
Integument : Warna : Sawo matang
Integritas : Jelek disekitar payudara sebelah kiri
Kelainan pada kulit : Mengalami ulkus disekitar payudara sebelah kiri.
XI. Data Penunjang Lain
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 9,1 gr/dl
Albumin : 2,08 gr/dl
2. Pada foto thorax : bentuk normal/tidak tampak kelainan.
3. USG : korteks/medulla baik, pelvio balik tidak melebar, tidak tampak batu.
4. Pemberian terapi :
· Antibiotic (amoxin) 3x500mg
· Anti analgetik (as. Mefenamat) 3x500mg
· Anti ulsecaria/cimelidin 3x500mg
· Sulfas ferosus 2x1
· Vit C 2x2
· Vitamin : A, D, E, B6
· Antacid
· Inj. RL 5/5 D5%
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan ulkus pada permukaan payudara ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri diseluruh bagian payudara sebelah kiri. Pasien tampak meringis kesakitan, payudara sebelah kiri tampak membengkak melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah.Mengalami ulkus yang meluas.Skala nyeri 5-6 (sedang).
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan massa otot dan penurunan BB ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, dan muntah, pasien tampak lemah. Diet yang disajikan habis ½ porsi, BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 58 kg.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit/jaringan disekitar payudara kiri ditandai dengan pasien mengatakan daerah ulkus mengeluarkan bau yang tidak sedap. Tampak ulkus yang meluas disekitar payudara sebelah kiri.Integritas kulit disekitar payudara sebelah kiri jelek.
4. Takut dan koping tidak efektif berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan ditandai dengan pasien mengatakan takut mengahadapi perubahan dalam tubuhnya. Pasien tampak gemetar, ketakutan, dan gelisah.
Peran SKM dalam Pengendalian Penyakit Kanker Payudara
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
· Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
· Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu :rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
· Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
· Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
· Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT) PTM.
· Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun local spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.
Sasaran
· Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
· Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
· Organisasi profesi yang ada.
· Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.
Landasan Hukum
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum yang sudah ada secara Nasional yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
6. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun 2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003 tentang Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui
pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta.
Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population)
Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
1. Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
2. Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.
3. Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
4. Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
5. Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.
Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat? 3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local spesifik dsb.
1. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
2. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
3. Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan.
4. Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
5. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
6. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
7. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam penanggulangan PTM.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
Indikator Umum
· Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
· Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).
· Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
· Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
· Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
· Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
· Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanaka untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara.Ca Mamae ini bisa disebabkan karena faktor internal maupun eksternal.Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan terjadi pembesaran yang abnormal.
B. Saran
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kanker Payudara.
(http://www.google.com/kanker-payudara.pdf) diakses tanggal 17
Oktober 2012.Makassar.
Anonim. 2011. Kanker Payudara. (http://www.google.com/pharmaceuticals)
diakses tanggal 17 Oktober 2012. Makassar.
Anonim. 2011. Kanker Payudara. (http://www.google.com/bab_2.pdf) diakses
tanggal 16 Oktober 2012. Makassar.
Anonim. 2012. Kanker Payudara.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara) diakses 18 Oktober
2012. Makassar.
Manuaba Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2. Social
· Hubungan antara keluarga : Baik
· Hubungan dengan orang lain : Baik
· Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
· Kegemaran : Tidak ada
· Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
3. Spiritual
· Pola ibadah : - Sebelum masuk RS : kadang-kadang
- Sesudah masuk RS : semakin sering
· Keyakinan tentang kesehatan : Pasien yakin penyakitnya akan sembuh.
X. Pengkajian Fisik
Tanda-tanda Vital : TD : 110/60 mmHg
RR : 112x/i
Pols : 80x/i
Temp : 37oC
TB : 170 cm
BB : 58 kg
Kepala : Bentuk : Lonjong
Ukuran : Normal
Posisi : Tegak
Warna dan bentuk rambut : Hitam dan ikal
Kebersihan kulit kepala : Kurang bersih
Mata/penglihatan : Bentuk : Simetris
Sclera : Icterus
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Tidak ada kelainan
Posisi : Simetris kanan kiri
Ketajaman penglihatan : Baik, normal 6/6 artinya seorang dapat melihat dengan sebelah mata dengan jarak 6 meter.
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Hidung/penciuman : Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Polip/sumbatan : Tidak ada
Fungsi penciuman : dapat membedakan bau-bauan.
Telinga/pendengaran : Bentuk : Normal
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Fungsi pendengaran : Baik
Pemakaian alat bantu : Tidak ada
Mulut dan faring : Bibir : Normal
Mukosa gigi : Normal
Lidah : Kotor
Gigi : Lengkap dan tidak ada karies
Tonsil/faring : Tidak membesar
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Kebersihan : Kurang
Bau : Tidak ada bau khas
Fungsi pengecapan : Dapat merasakan manis, asam, pahit
Kemampuan menelan : Baik
Leher : Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Vena jugularis : Tidak ada peningkatan
Kekakuan : Tidak ada
Thorax : Bentuk rongga : Simetris
Bunyi napas : Bronchial
Irama pernapasan : Tidak teratur
Bunyi jantung : Normal lup-lup
Nyeri dada : Nyeri pada dada sebelah kiri
Produksi sputum : Tidak ada
Abdomen : Bentuk : Baik
Hepar : Tidak ada pembesaran
Lien : Tidak ada kelainan
Ginjal : Tidak ada kelainan
Nyeri tekan : Tidak ada
Bising usus : Normal 12x/i
Neurologi : Kesadaran : Compos Mentis
Status orientasi : Waktu (√), tempat (√), orang (√)
Memori saat ini : Pasien masih ingat memori saat ini
Memori masa lalu : Pasien masih ingat memori yang lain
Perineum dan genetalia : Kebersihan : Bersih
Peradangan : Tidak ada
Haemoroid : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Alat genetalia : Bersih
Ekstremitas atas : Bentuk dan kekuatan : Simetris dan lemah
Rentang gerak : Terbatas
Reflek : Baik
Ekstremitas bawah : Bentuk dan kekuatan : Simetris dan lemah
Rentang gerak : Terbatas
Reflek : Baik
Eliminasi : Pola BAB : 2 kali dengan konsistensi feses lunak.
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Pola BAK : 5x1 dengan frekuensi : 300cc 1 kali BAK
Jumlah urin : 1500cc
Retensi urin : Tidak mengalami retensi urin
Karakter urin : Kuning jernih
Integument : Warna : Sawo matang
Integritas : Jelek disekitar payudara sebelah kiri
Kelainan pada kulit : Mengalami ulkus disekitar payudara sebelah kiri.
XI. Data Penunjang Lain
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 9,1 gr/dl
Albumin : 2,08 gr/dl
2. Pada foto thorax : bentuk normal/tidak tampak kelainan.
3. USG : korteks/medulla baik, pelvio balik tidak melebar, tidak tampak batu.
4. Pemberian terapi :
· Antibiotic (amoxin) 3x500mg
· Anti analgetik (as. Mefenamat) 3x500mg
· Anti ulsecaria/cimelidin 3x500mg
· Sulfas ferosus 2x1
· Vit C 2x2
· Vitamin : A, D, E, B6
· Antacid
· Inj. RL 5/5 D5%
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan ulkus pada permukaan payudara ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri diseluruh bagian payudara sebelah kiri. Pasien tampak meringis kesakitan, payudara sebelah kiri tampak membengkak melebihi yang kanan dan lama kelamaan pecah.Mengalami ulkus yang meluas.Skala nyeri 5-6 (sedang).
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan massa otot dan penurunan BB ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, dan muntah, pasien tampak lemah. Diet yang disajikan habis ½ porsi, BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 58 kg.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit/jaringan disekitar payudara kiri ditandai dengan pasien mengatakan daerah ulkus mengeluarkan bau yang tidak sedap. Tampak ulkus yang meluas disekitar payudara sebelah kiri.Integritas kulit disekitar payudara sebelah kiri jelek.
4. Takut dan koping tidak efektif berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan ditandai dengan pasien mengatakan takut mengahadapi perubahan dalam tubuhnya. Pasien tampak gemetar, ketakutan, dan gelisah.
Peran SKM dalam Pengendalian Penyakit Kanker Payudara
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
· Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
· Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu :rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
· Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
· Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
· Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT) PTM.
· Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun local spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-sia saja.
Sasaran
· Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
· Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
· Organisasi profesi yang ada.
· Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.
Landasan Hukum
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum yang sudah ada secara Nasional yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
6. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun 2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003 tentang Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan, melalui
pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta.
Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population)
Penanggulangan PTM PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
1. Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
2. Promosi dan Pencegahan PTM dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.
3. Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan PTM.
4. Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga profesional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
5. Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.
Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan, tempat sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi, Bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat? 3 (tiga) strategi untuk semua hanya materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, local spesifik dsb.
1. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
2. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
3. Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi pelayanan.
4. Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
5. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan mandiri masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
6. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
7. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna dalam penanggulangan PTM.
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
Indikator Umum
· Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
· Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
Indikator Khusus
· Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan konsumsi rendah serat).
· Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
· Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung penanggulangan PTM.
· Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi masyarakat.
· Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan pencegahan PTM.
· Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi dilaksanaka untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan memberikan hasil yang optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara.Ca Mamae ini bisa disebabkan karena faktor internal maupun eksternal.Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan terjadi pembesaran yang abnormal.
B. Saran
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kanker Payudara.
(http://www.google.com/kanker-payudara.pdf) diakses tanggal 17
Oktober 2012.Makassar.
Anonim. 2011. Kanker Payudara. (http://www.google.com/pharmaceuticals)
diakses tanggal 17 Oktober 2012. Makassar.
Anonim. 2011. Kanker Payudara. (http://www.google.com/bab_2.pdf) diakses
tanggal 16 Oktober 2012. Makassar.
Anonim. 2012. Kanker Payudara.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara) diakses 18 Oktober
2012. Makassar.
Manuaba Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment