Thursday, 12 October 2017

Hipertensi, Diabetes Militus, dan Hiperkolesterolemia Sebagai Faktor Risiko Tejadinya Stoke

ABSTRAK
Stroke is one of the leading contagious diseases in Indonesia. The prevalence of stroke in 2007 was 8,3 1,000 and by 2020 it is estimated to increase to 12.1 per 1,000 population. Stroke can occur due to several factors, such as lifestyle and lack of knowledge. However, without the health status of the patient can be a risk factor for stroke. These factors include high blood pressure (Hypertension), high blood sugar (Diabetes Militus), and high cholesterol (hypercholesterolaemia). The writing of this article aims to show that hypertension, diabetes mellitus, and hypercholesterolemia as risk factors for storke.
Keywords : Stroke, Hypertension, Diabetes Miitus, Hypercholesterolemia

ABSTRAK
Stroke merupakan salah satu penyakit penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi kejadian stroke pada tahun 2007 sebesar 8,3 1.000 dan pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 12,1 per 1.000 penduduk. Stroke dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti gaya hidup dan kurangnya pengetahuan. Namun tanpa disadarai status kesehatan dari penderita dapat menjadi faktor risiko terjadinya strok. Faktor tersebut antara lain tekanan darah tinggi (Hipertensi), kadar gula darah yang tinggi (Diabetes Militus), dan kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia). Penulisan artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa hipertensi, diabetes militus, dan hiperkolesterolemia sebagai faktor risiko terjadinya storke.
Kata Kunci : Stroke, Hipertensi, Diabetes Miitus, Hiperkolesterolemia

PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun general sacara akut, lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi beda atau meninggal, berasal dari gangguan sirkulasi serebral (Kustiowati, 2003). Sedangkan menurut Nabyl (2012), stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.  Sementara WHO (World Heart Organisation) mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi sususnan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain.
Jumlah seluruh penderita stroke di dunia yang berusia dibawah 45 tahun terus meningkat, pada konferensi ahli syaraf internasional di Inggris dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 1000 penderita stroke yang berusia dibawah 30 tahun. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Aerican Heart Association, 2010) (Burhanuddin, 2012).
Tidak terkecuali di Indonesia, berdasarkan data Riskerdas Kemenkes Pada tahun 2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia, dari 8,3 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 (Indonesian Ministry of Health, 2008) menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Menurut Wiryanto 2007, terjadi sekitar 800-1.000 kasus stroke setiap tahunnya. Dan prevalensi stroke tertinggi tidak sehat dan stress.
Stroke berdampak pada keadaan social-ekonomi akibat disabilitas yang diakibatkannya. Oleh karena prevalensi stroke semakin meningkat di Indonesia dan merupakan penyakit penyebab kecatatan nomor satu, maka pencegahannya sangat penting dilakukan melalui infeksi dini factor risiko dan upaya pengendalian. Identifikasi factor risiko stroke sangat bermanfaat untuk perencanaan intervensi pencegahan. Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor  risiko terjadinya stroke seperti herediter, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, letak geografi ataupun pola makan.
Selain factor risiko stroke diatas, masih factor risiko lain yang perlu diperhatikan oleh setiap orang baik muda maupun dewasa. Faktor risiko ini menyangkut dengan keadaan status kesehatan seseorang, yaitu hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes militus (kadar gula darah berlebih), dan hiperkolesterolemia (kadar kolesterol berlebih).
Hipertensi menjadi factor risiko paling penting berdasarkan derakat risiko terjadinya stroke. Pre hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke (RR 1,66; 95% CI 1,51-1,81) (Lannywati Ghani, 2015). karena peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke.
Diabetes juga menjadi salah satu factor risiko terjadinya stroke, namun masih banyak orang kurang menyadari hal tersebut. Hal ini Nampak dari jumlah kasus baru diabetes selalu meningkat. Berdasarkan data Riskesdas Kemenkes tahun 2007, terdapat 28..095 kasus baru diabetes yang ditemukan, dan keseluruhan kematian akibat diabetes sebesar 4.162 kematian atau CFR sebesar 7,02% (Indonesian Ministry of Health, 2008). Semakin besar angka kasus diabetes militus maka semakin besar pula angka kasus stroke yang akan ditemukan.
    Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol berlebih) juga menjadi factor risiko terjadinya stroke pada seseorang. Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar low destiny lipoprotein (LDL) dalam darah yang lebeihi normal, sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya palaque pada pembuluh darah yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk sehingga aliran darah menuju otak dapat terganggu sehingga pada akhirnya terganggu (Rahayu, 2016).
Penulisan artikel ini bertujuan untuk menunjukkan kepada setiap orang bahwa status kesehatan yang mereka miliki seperti hipertensi, diabetes militus, dan hiperkolesterolemi dapat menyebabkan penyakit stroke. Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian pustaka dengan mengedepankan data Riskesdas Kemenkes tahun dan artikel-artikel terkait sebagai referensi penulisan.

HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA STROKE
Hipertensi adalah peningkatakan tekanan histole, peningkatakan tekanan histole tergantung pada usia individu yang terkenan. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh, usia, dan tingkat stress yang dialami (Tambayong, 2000). Hipertensi juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah mencapai 140/90 mmhg sedangkan tekanan darah normal 120/8 mmhg. Sedangkan menurut Hayens (2003) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah terjadinya tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus yang disebabkan oleh satu atau beberapa factor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003).
Berdasarkan data Riskesdas Kemenkes tahun 2009 ditemukan 123.269 kasus hipertensi rawat jalan dan 36.677 kasus rawat inap serta 935 diantaranya meninggal (I, 2010). Sementara menurut data Riskesdas Kemenkes tahun 2010 ditemukan 80.615 kasus baru hipertensi rawat jalan dan 19.874 kasus hipertensi rawat inap serta 955 diantaranya meninggal dengan CFR 4,81% (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Meningkatnya jumlah kematian kematian (CFR%) berdasarkan data Reskesdas Kemenkes tahun 2009 dan 2010 juga dilatarbelakangi oleh penderita hipertensi juga mengalami stroke.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Muhrini Sofyan (2012) didapatkan bahwa kejadian stroke lebih banyak terjadi pada penderita hipertensi, yaitu sebanyak 88,3% dari total responden yang diteliti dan kejadian stroke pada responden tidak hipertensi hanyak sebesar 11,7% (Muhrini, Ika, Sihombing, & Hamra, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Syafitri Pusparani (2009) didapatkan hasil 59 orang (73,75%) orang dari 80 orang yang diteliti dengan penyakit stroke memiliki riwayat hipertensi sebelumnya (Pusparani, 2009). Hal ini juga didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Alfika Agus Jayanti (2013) terhadap kasus stroke yang ter jadi di Provinsi Sulawesi Selatan, yang menyatakan bahwa proporsi individu hipertensi mengalami stroke mempunyai proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi. Hasil penelitian Alfika Agus Jayanti (2015) didapatkan bahwa kejadian stroke pada penderita hipertensi (88,3%) lebih besar  dibandingakan dengan dengan yang tidak hipertensi.(Jayanti, 2015) Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah Muhrini Sofyan (2012) (Muhrini et al., 2012) Hipertensi sebagai factor risiko terjadinya stroke juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh (Kristiyawati; dkk, 2009)’(Hafid, 2012).
Kenaikan tekanan darah (sistolik dan diastolic) berhubungan dengan peningkatakan risiko stroke, yaitu risiko stroke meningkat 2 kali lebih tinggi untuk setiap tekanan diastolic sekikat 7,5 mm/Hg (Yulainto, n.d.). Peningkatan tekanan darah terus menerus dapat mengakibatkan dinding pembuluh darah mengalami kerusakan, edema serebri, aterosklerosis, menurunkan elastisitas dinding pembuluh arteri (mikoangiopati), meningkatkan terjadinya pembekuan darah, dan aneurisme sehingga menimbulkan penyumbatan maupun pendarahan pada pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya stroke (Sari, 2012).
Hipertensi dapat menjadi penyebab utama terjadinya stroke dikarenakan hipertensi dapat mempercepat terjadinya proses aterosklerosis akibat plaque yang mengakibatkan kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah. Plaque ini kemudian dapat pecah sehingga terbentuk thrombus, dan thrombus inilah yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dan dapat berkembang menjadi emboli yang ikut masuk edalam airan darah menuju system serebovaskuler (Yulainto, n.d.). Mekanisme tersebut menyebabkan aliran darah menuju otak menjadi tergaggu sehingga terjadi penurunan aliran darah otak secara signifikan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan otak mengalami kekurangan suplai oksigen dan glukosa sehinggaberakibat pada stroke (Noviyanti, 2014).

DIABETES MILITUS SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA STROKE
    Diabetes Militus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan yang berhubungan dengan produksi hormone insulin (Sutanto, 2013). Kelainan tersebut berupa jumlah produksi hormone insulin yang kurang karena ketidak mampuan organ pancreas untuk memproduksi hormone insulin yang cukup sehingga kurangnya hormone insulin yang berfungsi menetralkan kadar gula dalam darah menyebabkan kadar gula darah meningkat. Sedangkan menurut Endang (2011) diabetes militus adalah gangguan menahun pada system metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan oleh kurangnya produksi hormone insulinyang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta mensintesis lemak (Endang, 2011).
    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviana Rahayu (2016) didapatkan hasil OR diabetes militus sebesar 5,71 (95% Confidence Interval 1,26 < OR < 29,39) pada penderita stroke dengan riwayat penyait diabetes militus, yang artinya orang dengan penyakit diabetes militus memiliki risiko 5,71 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki penyakit diabetes militus (Rahayu, 2016). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang menunjukkan bahwa seseoarang dengan penyakit diabetes militus berisiko 4,394 kali lebih tinggi dibandingan dengan yang tidak menderitas diabetes militus (Sari, 2012). Studi lainnya yang dilakukan terhadap pasien stroke usia dewasa awal (18-40 tahun) menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat diabetes militus memiliki risiko sebesar 5,35 kali lebih tinggi pada usia dewasa awal (18-40 tahun) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat diabetes militus (Burhanuddin M; dkk, 2012).
    Diabetes militus merupakan salah satu fakor risiko terjadinya stroke, risiko stroke meningkat seiring dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah maka semakin tinggi risiko terserang stroke. Kadar glukosa dalam darah yang berlebih berperan dalam terjadinya aterosklerosis sehingga menghambat aliran darah ke otak (Pinzon, 2010). Orang dengan diabetes militus berisiko 1-3 lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak tidak menderita diabetes militus (Bathesda Stroke Center, 2012).
    Diabetes militus dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke melalui beberapa mekanisme yang saling berhubungan yang berakhir pada terbentuknya plaque aterosklerosis pada cabang arteri serebral kecil, plaque ini dapat menyebabkan pembulu darah mengalami penyumbatan maupun pecah sehingga berisiko terjadinya stroke. Diabetes militus mengakibatkan perubahan pada system pembuluh darah seperti peningkatan viskositas darah dan beban pada dinding pembuluh darah menjadi lebih besar sehingga senakin berisiko terjadi penyumbatan pada pembuluh darah (Yulainto, n.d.). Diabetes militus juga dapat meningkatkan factor risiko lain seperti, hipertensi, obesitas, dan hiperlipidemia (Nastiti, 2012). Diabetes militus yang disertai dengan hipertensi, kadar LDL yang tinggi, dan obesitas dapat memicu terbentuknya rakikal bebas yang mempercepat terjadinya aterosklerosis sehingga berakibat pada stroke (Rachmawati, 2009).

HIPERKOLESTEROLEMIA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA STROKE
    Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar low density lipoprotein (LDL) dalam darah melebihi kadar normal, sehingga dapat menimbulkan terbentuknya plaque pada pembuluh darah yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk sehingga aliran darah menuju otak menjadi terganggu yang berakhir pada terjadinya stroke (Noviyanti, 2014). Seseorang dikatakan menderita hiperkolesterolemia apabila mempunyai kadar kolesterol total ≥240mg/dl, kadar LDL ≥ 160 mg/dl, dan kadar trigliserida ≥200 mg/dl (Pinzon, 2010)
    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktaviana Rahayu (2016) hiperkolesterolemia memperoleh nilai OR sebesar 18,6 (95% Confidence Interval 3,41 < OR < 133,91) artinya bahwa orang yang memiliki riwayat penyakit hiperkolesterolemia memiliki 18,6 kali lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan orang yang tidak memilki riwayat penyakit hiperkolesterolemia.
    Pinzon (2010) menyatakan bahwa persentase lemak tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh kadar kolesterol darah, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, dan Lp (a) (Pinzon, 2010). Peningkatan kolesterol LDL dalam jumlah tinggi dapat mengakibatkan penimbunan kolesterol dalam sel yang dapat memicu proses aterosklerosis yang meupakan salah satu penyebab utama tejadinya stroke.
    Hiperkolesterolemia bukan merupakan factor risiko stroke scara langsung, namun berhubungan dengan penyakit cerebrovaskulur, peningkatan kadar kolesterol total, dan LDL berontribusi pada terbentuknya mekanisme aterosklerosis yang diikuti dengan berkurangnya elstisitas pembuluh darah. Penelitian bahwa upaya menurunkan kadar kolesterol total dapat menurunkan risiko stroke. Risiko stroke dapat berkurang dengan menurunkan kadar kolesterol kurang dari 200 mg/dl, LDL kurang 130 mg/dl, dan meningkatkan kadar HDL lebih dari 35 mg/dl (Yulainto, n.d.).
   
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan artikel ini penulis menarik kesimpulan bahwa hipertensi, diabetes militus, dan hiperkolesterolemia merupakan faktor penyebab terjadinya stroke. Hipertensi, diabetes militus, dan hiperkolesterolemia dapat menyebabkan terbentuknya mekanisme aterosklerosis yang dapat menunrunkan elastisitas pembuluh darah sehingga menghambat aliran dapat menghambat aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan stroke. Hipertensi, diabetes militus, dan hiperkolesterolemia juga dapat menyebabkan endapan plaque di pembuluh darah yang lama kelamaan akan semakin banyak sehingga dapat menyumbat aliran darah ke otak yang akan menyebabkan otak kekurangan pasokan oksigen yang pada akhirnya juga dapat menyebabkan stroke.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, M. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-40 Tahun) di Kota Makassar Tahun 2010-2012, 1–14.
Burhanuddin M; dkk. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-40 Tahun) di Kota Makassar Tahun 2010-2012. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Endang, L. (2011). Diabetes Militus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: KANISUS Media.
Hafid, M. A. (2012). Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke di RSUP Dr. Wahidin Sudirohudodo Makassar 2012, 234–239.
Hayens, B. R. (2003). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia.
I, K. K. R. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2009.
Indonesian Ministry of Health. (2008). Indonesian Health Profile The Year 2007 (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Kementerian Kesehatan RI, 327. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Jayanti, A. A. (2015). Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi Selatan Tahun 2013. In Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. https://doi.org/351.770.212 Ind P
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Kristiyawati; dkk. (2009). Faktor Risiko Yang Berhubunngan dengan Kejadian Stroke di RS Panti Wilasa Citarum Semarang. In Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK (Vol. 1, pp. 1–7). Semarang: STIKES Telogorejo.
Kustiowati, E. (2003). Trombosis di Bidang Neurologi: Stroke Iskemik. Semarang: Bagian Neurologi Universitas Diponegoro.
Lannywati Ghani,  dkk. (2015). Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia, 49–58.
Muhrini, A., Ika, S., Sihombing, Y., & Hamra, Y. (2012). Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan Hipertensi dengan Kejadian Stroke, 24–30.
Noviyanti, R. D. (2014). Faktor Risiko Penyebab Meningkatnya Kejadian Stroke Pada Usia Remaja dan Usia Produktif. Berkata Epidemiologi, 10(1), 1–3.
Pinzon, R. (2010). Awas Stroke: Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan Pencegahan. (Andi, Ed.). Yogyakarta.
Pusparani, S. (2009). NHubungan Antara Hipertensi dan Stroke Hemoragik Pada Pemeriksaan CT-SCAN Kepala di Instalasi Radiologi RSUD DR. Moewardi Surakarta. In Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Rachmawati, I. (2009). Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Penderita Diabetes Militus. In Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Rahayu, E. O. (2016). Perbedaan Penyakit Stroke Berdasarkan Faktor Risiko Biologi Pada Usia Produktif, (October 2016), 113–125. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i1.113-125
Sari, D. K. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stroke Iskemik Pada Usia Produktif. In Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Sutanto, T. (2013). Diabetes: Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku Pintar.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologis Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yulainto, A. (n.d.). Mengapa stroke Menyerang Usia Muda ? : Penyebab, Gejala, dan Pencegahan Stroke Yang Menyerang Usia Muda. Yogyakarta: Javalitera.


0 komentar:

Post a Comment