BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dan tidak akan ada risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dan tidak akan ada risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja.
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja, dan lingkungan kerja.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan yang berujung pada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih diperhatikan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
B. MASALAH
Di Indonesia, penerapan konsep ergonomi pada para pekerja sangatlah minim, kebanyakan hanya memikirkan hasil yang mereka raih tanpa mempertimbangkan kemampuan dirinya sendiri sehingga penerapan konsep ergonomi sering diabaikan. Padahal konsep ergonomi sangatlah penting agar produktivitas dan kemampuan pekerja tetap bagus, yang nantinya juga akan menguntungkan pekerja itu sendiri. Untuk itu, masalah yang nantinya akan dibahas sebagai berikut:
1. Pengertian Ergonomi dan Ruang Lingkup Ergonomi
2. Cakupan dari Ergonomi di Industri
3. Aplikasi Dan Penerapan Ergonomi
4. Tanda – Tanda Sistem Kerja Yang Tidak Ergonomi
5. Kaitan Ergonomi Dan Industri
6. Evaluasi Ergonomi
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Makalah ini dimaksud untuk membahas aplikasi ergonomi di industri yang nantinya diharapkan pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan dan diutamakan sehingga terciptanya kondisi yang lebih baik antara pekerja dan lingkungan pekerjaannya. Dengan adanya ergonomi yang diterapkan dalam industri diharapkan mampu meningkatkan produktivitas para pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ERGONOMI DAN RUANG LINGKUPNNYA
Egonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja. (http://www.angkasa-online.com/09/12/cakra/cakra1.htm). Ergonomi atau Ergonomic (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat – alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata Cara Kerja”).
Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson, 1991). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapaidengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
Sedangkan Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
- Teknik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
- Anthropometri
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.
B. CAKUPAN DARI ERGONOMI DI INDUSTRI
Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan lingkungan yang ada di industry, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa) memperbaiki sistem kerja, yang terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan, tempat kerja dan ruang kerja, dan lingkungan sekitarnya.
· Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
· Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.
· Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi tugas antara operator (manusia) dan mesin.
· Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu memberikan kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi manusia untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan produktivitas.
Ø Faktor fisik dari lingkungan kerja:
1. Kebisingan: 85 dBA.
2. Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC), suhu basah (21-30 oC), Kelembaban (65-
95 %).
3. Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan 40-80 Hz
untuk ketajaman mata.
C. APLIKASI DAN PENERAPAN ERGONOMI
1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
a. Posisi Kerja Duduk
· Keuntungan:
i. Mengurangi kelelahan pada kaki.
ii. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
iii. Berkurangnya pemakaian energi.
· Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.
b. Posisi Kerja Berdiri
· Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
· Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri
Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
2. Proses Kerja. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak digunakan daripada hanya kata-kata saja.
4. Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
Deskripsi
Tingkat Dewasa
Tingkat Muda
Pria (Kg)
Wanita (Kg)
Pria (Kg)
Wanita (Kg)
Sekali-sekali
40
15
15
10-12
Terus-menerus
15-18
10
10-15
6-9
a) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisir.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
b) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan bagaimana cara mengangkat beban yang baik. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
· Prinsip kerja mengangkat beban:
- Posisi kaki yang benar.
- Punggung kuat dan kekar.
- Posisi lengan dekat dengan tubuh.
- Mengangkat dengan benar.
- Menggunakan berat badan.
c) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
D. TANDA – TANDA SISTEM KERJA YANG TIDAK ERGONOMI
1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.
3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang.
5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok.
8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.
9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.
10. Komitmen kerja yang rendah.
11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.
E. KAITAN ERGONOMI DAN INDUSTRI
ENASE yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien masing-masing orang.
Efektif : bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi
Nyaman : pekerja tidak gampang lelah
Aman : timbul rasa aman dan tidak was-was dalam bekerja
Sehat : kondisi dimana karyawan merasa tidak sakit
Efisien : bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit
mungkin.
Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode, lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi ENASE sesuai dengan pekerjaan. Jadi ENASE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi ergonomi. ENASE tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus (dalam keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan yang berujung pada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih diperhatikan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
B. MASALAH
Di Indonesia, penerapan konsep ergonomi pada para pekerja sangatlah minim, kebanyakan hanya memikirkan hasil yang mereka raih tanpa mempertimbangkan kemampuan dirinya sendiri sehingga penerapan konsep ergonomi sering diabaikan. Padahal konsep ergonomi sangatlah penting agar produktivitas dan kemampuan pekerja tetap bagus, yang nantinya juga akan menguntungkan pekerja itu sendiri. Untuk itu, masalah yang nantinya akan dibahas sebagai berikut:
1. Pengertian Ergonomi dan Ruang Lingkup Ergonomi
2. Cakupan dari Ergonomi di Industri
3. Aplikasi Dan Penerapan Ergonomi
4. Tanda – Tanda Sistem Kerja Yang Tidak Ergonomi
5. Kaitan Ergonomi Dan Industri
6. Evaluasi Ergonomi
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Makalah ini dimaksud untuk membahas aplikasi ergonomi di industri yang nantinya diharapkan pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan dan diutamakan sehingga terciptanya kondisi yang lebih baik antara pekerja dan lingkungan pekerjaannya. Dengan adanya ergonomi yang diterapkan dalam industri diharapkan mampu meningkatkan produktivitas para pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ERGONOMI DAN RUANG LINGKUPNNYA
Egonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja. (http://www.angkasa-online.com/09/12/cakra/cakra1.htm). Ergonomi atau Ergonomic (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat – alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata Cara Kerja”).
Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson, 1991). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapaidengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
Sedangkan Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
- Teknik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
- Anthropometri
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.
B. CAKUPAN DARI ERGONOMI DI INDUSTRI
Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan lingkungan yang ada di industry, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa) memperbaiki sistem kerja, yang terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan, tempat kerja dan ruang kerja, dan lingkungan sekitarnya.
· Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
· Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.
· Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi tugas antara operator (manusia) dan mesin.
· Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu memberikan kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi manusia untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan produktivitas.
Ø Faktor fisik dari lingkungan kerja:
1. Kebisingan: 85 dBA.
2. Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC), suhu basah (21-30 oC), Kelembaban (65-
95 %).
3. Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan 40-80 Hz
untuk ketajaman mata.
C. APLIKASI DAN PENERAPAN ERGONOMI
1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
a. Posisi Kerja Duduk
· Keuntungan:
i. Mengurangi kelelahan pada kaki.
ii. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
iii. Berkurangnya pemakaian energi.
· Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.
b. Posisi Kerja Berdiri
· Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
· Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri
Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
2. Proses Kerja. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak digunakan daripada hanya kata-kata saja.
4. Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
Deskripsi
Tingkat Dewasa
Tingkat Muda
Pria (Kg)
Wanita (Kg)
Pria (Kg)
Wanita (Kg)
Sekali-sekali
40
15
15
10-12
Terus-menerus
15-18
10
10-15
6-9
a) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisir.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
b) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan bagaimana cara mengangkat beban yang baik. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
· Prinsip kerja mengangkat beban:
- Posisi kaki yang benar.
- Punggung kuat dan kekar.
- Posisi lengan dekat dengan tubuh.
- Mengangkat dengan benar.
- Menggunakan berat badan.
c) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
D. TANDA – TANDA SISTEM KERJA YANG TIDAK ERGONOMI
1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.
3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang.
5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok.
8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.
9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.
10. Komitmen kerja yang rendah.
11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.
E. KAITAN ERGONOMI DAN INDUSTRI
ENASE yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien masing-masing orang.
Efektif : bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi
Nyaman : pekerja tidak gampang lelah
Aman : timbul rasa aman dan tidak was-was dalam bekerja
Sehat : kondisi dimana karyawan merasa tidak sakit
Efisien : bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit
mungkin.
Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode, lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi ENASE sesuai dengan pekerjaan. Jadi ENASE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi ergonomi. ENASE tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus (dalam keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.
Ø Trauma pada jaringan timbul karena:
· Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
· Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
· Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
Ø Contoh-contoh dari CTD:
· Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
· Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
· Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
· Carpal Tunnel Syndrome
· Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
· White finger (pembuluh darah di jari rusak).
Ø Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:
1. Lingkungan kerja
2. Penerangan/cahaya
3. Temperatur/suhu udara
4. Kelembaban
5. Sirkulasi udara
6. Musik
7. Kebisingan
8. Keamanan
9. Getaran mekanis
10. Bau tidak sedap
11. Tata warna
12. Dekorasi
Ø Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:
ü Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.
ü Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
ü Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.
ü Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
ü Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
ü Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan.
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.
Ø Trauma pada jaringan timbul karena:
· Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
· Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
· Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
Ø Contoh-contoh dari CTD:
· Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
· Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
· Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
· Carpal Tunnel Syndrome
· Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
· White finger (pembuluh darah di jari rusak).
Ø Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:
1. Lingkungan kerja
2. Penerangan/cahaya
3. Temperatur/suhu udara
4. Kelembaban
5. Sirkulasi udara
6. Musik
7. Kebisingan
8. Keamanan
9. Getaran mekanis
10. Bau tidak sedap
11. Tata warna
12. Dekorasi
Ø Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:
ü Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.
ü Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
ü Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.
ü Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
ü Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
ü Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
2. Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen, karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang di timbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya.
B. SARAN
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan harus melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan tersebut, mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, A B, 1971. "Capital Taxes, the Redistribution of Wealth and Individual
Savings". Review of Economic Studies, Blackwell Publishing, vol. 38 (114), pages 209 227, April.
Bailey, Robert.W, 1982. Human Performance Engineering,.A Guide for System Designers: Prentice Hall.
Fitrihana, Nor. 2009. ”Tentang Ergonomi”.(Online),(http://batikyogya.wordpress.com/2007/08/16/tentang-ergonomi/), diakses 10 September 2011
Fathan, 2008, “Kuliah Ergonomic Dan Produktivitas”. (Online),(http://kesabaran.multiply.
com/reviews/item/3),diakses 10 September 2011
International Labour Office Geneva, (1989), Pencegahan Kecelakaan Kerja, Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Khalifa, 2004, “Ergonomi Pusat Kesehatan Kerja Depatemen Kesehatan RI. Pdf, 11
September 2011
Kusuma Wardani, Laksmi, 2006 “Evaluasi Ergonomic Dalam Perancangan Desain”,
Evaluasi. Pdf, diakses 11 September 2011
Manuaba, A,1998 “Penerapan ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia Dan Produktivitas”. Bunga Rampai ergonomi Vol.1
Ninyo, 2008, “Sekilas Tentang Ergonomic”. (Online), (http://pinginpintar.com/?tag=ergono
mi), diakses 10 September 2011
Nurmianto, Eko.,1996,” Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama”, Jakarta,
Guna Widya
Suardi, Bambang, 2008, “Perancangan system kerja dan ergonomic di indutri jilid 2”
Direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan.
Yassierli, 2007, “Peningkatan Kinerja K3 Dengan Ergonomi”,(Online),
(http://www.ergoinstitute.com/index.php?option=com.content&task=view&id=12&Itemid=27), diakses 10 September 2011
Zuhair , 2009,”Perhimpunan Ergonomic Indonesia”, Yogyakarta. Andi offset.
0 komentar:
Post a Comment