Saturday, 14 October 2017

Penyakit Pertusis

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough, tussis quinta, violent cough,  dan di Cina disebut batuk seratus hari. Uraian pertama epidemi penyakit ini ditulis pada tahun 1578 di Paris.Kuman penyebab baru diketahui pada tahun 1908 oleh Bodet dan Gengou.Pertusis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetellapertussis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan yang menurun. Orang yang tinggal di rumah yang sama dengan penderita pertusis lebih mungkin terjangkit.
Pertusis masih merupakan penyebab terbesar kematian dan kesakitan pada anak terutama di negara berkembang.World Health Organization)WHO memperkirakan + 600.000 kematian disebabkan pertusis setiap tahunnya terutama pada bayi yang tidak diimunisasi.Dengan kemajuan perkembangan antibiotik dan program imunisasi maka mortalitas dan morbiditas penyakit ini mulai menurun.Imunisasi amat mengurangi risiko terinfeksi, tetapi infeksi ulang dapat terjadi.Jika diderita bayi penyakit ini merupakan penyakit yang gawat dengan kematian 15% sampai 30%.Pada anak-anak penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi pengobatan terhadap penyakit ini sulit dan memakan waktu lama (8 minggu) sehingga pengobatan terhadap pertusis memerlukan biaya yang cukup tinggi.



    B.     Rumusan Masalah
1.    Apa definisi pertusis?
2.    Bagaimana etiologi terjadinya pertusis?
3.    Bagaimana cara penularan dari pertusis?
4.    Bagaimana patofisiologi terjadinya pertusis?
5.    Apa komplikasi dari pertusis?
6.    Bagaimana pencegahan dari pertusis?

    C.     Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi pertussis.
2.    Untuk mengetahui etiologi terjadinya pertussis.
3.    Untuk mengetahuicara penularan dari pertussis.
4.    Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya pertussis.
5.    Untuk mengetahui komplikasi dari pertussis.
6.    Untuk mengetahui pencegahan dari pertussis.




BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh berdetellah pertusis (Nelson, 2000 : 960)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh berdetella pertusisa, nama lain penyakit ini adalah Tussisi Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Arif Mansjoer, 2000 : 428). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.

B.        Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak  bergerak,  dan ditemukan  dengan  melakukan  swab  pada  daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000)
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:
1.    Berbentuk batang (coccobacilus).
2.    Tidak dapat bergerak.
3.    Bersifat gram negatif.
4.    Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5.    Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10ºC).
6.    Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.
7.    Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin.


C.    Cara Penularan
Cara penularan pertusis, melalui:
-          Droplet infection
-          Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

    D.        Patofisiologi
Bordella merupakan kokobasili gram negatif yang sangat kecil yang tumbuh secara aerobik pada agar darah tepung atau media sintetik keseluruhan dengan faktor pertumbuhan dengan faktor tikotinamid, asam amino untuk energi dan arang atau resin siklodekstrin untuk menyerap bahan-bahan berbahaya.
Bordella pertusis menghasilkan beberapa bahan aktif secara biologis, banyak darinya dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan imunitas. Pasca penambahan aerosol, hemaglutinin felamentosa (HAF), beberapa aglutinogen (terutama FIM2 dan Fim3), dan protein permukaan nonfibria 69kD yang disebut pertaktin (PRN) penting untuk perlekatan terhadap sel epitel bersilia saluran pernafasan. Sitotoksin trakhea, adenilat siklase, dan TP tampak menghambat pembersihan organisme.Sitotoksin trakhea, faktor demonekrotik, dan adenilat siklase diterima secara dominan, menyebabkan cedera epitel lokal yang menghasilkan gejala-gejala pernapasan dan mempermudah penyerapan TP. TP terbukti mempunyai banyak aktivitas biologis (misal, sensitivitas histamin, sekresi insulin, disfungsi leukosit).Beberapa darinya merupakan manifestasi sistemik penyakit.TP menyebabkan limfositisis segera pada binatang percobaan dengan pengembalian limfosit agar tetap dalam sirkulasi darah.TP tampak memainkan peran sentral tetapi bukan peran tunggal dalam patogenesis.

E.     Komplikasi
        1.    Alat Pernafasan
Bronchitis, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfissema, bronkiektasis dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi sekunder, misalnya karena streptokokkus hemolitik, pneumukokkus, stafilokokkus, dll.
        2.    Saluran Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaps rectum atau hernia, ulkus pada  ujung lidah dan stomatitis.
        3.    Sistem Saraf Pusat
Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah.Kejang berat bisa terjadi karena penyebab anoksia. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, serta dapat pula terjadi perdarahan otak


F.       Pencegahan
    Pencegahan yang dilakukan secara aktif dan secarapasif:
        a.    Secara aktif
1.    Dengan pemberian imunisasi DTP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan(DTP tidak boleh dibrikan sebelum umur 6 minggu)dengan jarak 4-8 minggu. DTP-1 deberikan pada umur 2 bulan,DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTp-3 pada umur 6 bulan. Ulangan DTP selanjutnya diberikan 1 tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan,DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Pada umur 5 tahun harus diberikan penguat ulangan DTP. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi ulangan,vaksinasi DTP diberika pada awal sekolah dasar dalam program bulan imunisasi anak sekolah(BIAS).
    Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur 1 bulan dengan hasil yang baik sedangkan waktu epidemi dapat diberikan lebih awal lagi pada umur 2-4 minggu.
Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis :
1.    Panas yang lebih dari 38 derajat celcius
2.    Riwayat kejang
3.    Reaksi berlebihan setelah imunisasi DTP sebelumnya, misalnya suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilaktik lainnya.
        2.    Perawat sebagai edukator    
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kepada orang tua yang mempunyai bayi tentang bahaya pertusis dan manfaat imunisasi bagi bayi.
   
        b.    Secara pasif
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemopropilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertussis untuk sementara waktu.






BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis terutama terjadi pada anak-anak usia 4 tahun yang tidak diimunisasi.(american academy of pediatric,2006) Pertusis sering dikenal dengan sebutan batuk rejan atau batuk anjing.
Pertusis biasanya disebabkan oleh Bordetella Pertusis (Hemophilus Pertusis).Bordetella Pertusis adalah suatu kuman tidak bergerak, gram negative, dan didapatkan dengan cara melakukan pengambilan usapan pada daerah nasofaring pasien pertusis.

B.         Saran
Bayi sangat rentan terhadap infeksi pertusis, oleh karena itu dianjurkan pemberian vaksin DTP pada usia 2, 4, dan 6 bulan sesuai dengan Program Pengembangan Imunisasi untuk mencegah infeksi yang berat. Vaksin booster dianjurkan pada usia 4 tahun dan 15 tahun karena imunisasi dasar pertusis tidak memberi kekebalan permanen. Selain itu bila ada kontak erat dengan penderita pertusis perlu diberikan profilaksis eritromisin dan isolirkan penderita, jika tidak mungkin memutus kontak, maka perlu diberi eritromisin profilaksis hingga batuk berhenti.





DAFTAR PUSTAKA

Behram, klieman& Nelson. 2000. ”Ilmu kesehatan anak”. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Wilson,Hockenberry.” Wong’s, nursing care of infants and children jilid 2”.Canada: Evolve
Marlyn E. Doenges,dkk.2000.”Rencana Asuhan Keperawatan”. Jakarta : EGC
Hadinegoro Sri Rejeki.2011.”Panduan Imunisasi Anak Edisi1”.Jakarta : IKD
dr T.H Rampengan,Dsak.1997.”Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak Cetakan Ke III”.Jakarta : EGC

0 komentar:

Post a Comment