KADARZI adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya. Dilaksanakan di tingkat puskesmas dengan melakukan sosialisasi di posyandu-posyandu di wilayah kerjanya. KADARZI bertujuan untuk mencapai keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga, dengan sasaran seluruh anggota keluarga, masyarakat (penentu kebijakan, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, organisasi masyrakat, swasta/dunia usaha), serta petugas teknis dari lintas sektor terkait di berbagai tingkat administrasi (Departeman Kesehatan, 2007).
Komponen Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Menimbang berat badan
Kecepatan peningkatan berat badan yang direkomendasikan mnmencapai 1 sampai 2 kg selama trimester pertama dan kemudian 0,4 kg per minggu untuk wanita yang memiliki berat badan standar terhadap tinggi badan (BMI 19,8 sampai 26). Peningkatan berat progresif secara bertahap pada dua trimester terakhir umumnya merupakan peningkatan jaringan lemak dan jaringan tidak berlemak. Variasi laju ini kurang dari 0,5 kg per bulan pada wanita yang gemuk atau kurang dari 1 kg per bulan dalam dua 2004).
Memberikan ASI dari sejak lahir sampai 6 bulan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan cara pemberian makanan yang sangat tepat dan kesempatan terbaik bagi kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun (Damanik, 2011).
Makan beraneka ragam
Pemenuhan gizi yang lengkap dan seimbang diperlukan makanan yang aneka ragam. Mengkonsumsi makanan hanya satu jenis makanan dalam jangka waktu relatif lama dapat mengakibatkan berbagai penyakit kekurangan gizi atau gangguan kesehatan. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur menggunakan garam beryodium (Nikmawati, 2012)
Macam-macam asupan gizi pada masa kehamilan :
Energi
tambahan energi yang dibutuhkan selama hamil di tentukan oleh peningkatan kebutuhan basal plus energi yang di butuhkan untuk metabolisme adalah sekitar 80.000 kalori sepanjang masa hamil. Hal ini berarti 300 kalori lebih banyak. Selama trimester dua dan tiga untuk wanita dengan berat standar terhadap tinggi pada saat konsepsi atau peningkatan energi sebesar 10% sampai 15% (Bobak dkk, 2004).
Protein
Tambahan protein yang diperlukan selama masa hamil untuk persedian nitrogen esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan janin dan ibu. Rata-rata 925 g protein tersimpan dalam janin. Dengan demikian, asupan yang direkomendasikan ialah 60 g protein setiap hari (Bobak dkk, 2004).
Cairan
Cairan seringkali tidak dianggap sebagai salah satu nutrisi, tetapi air membutuhkan peranan sangat penting selama masa hamil Jumlah masukan cairan dalam sehari adalah 8 gelas (1500 sampai 2000 ml). Air dan jus buah merupakan dua sumber yang baik (Bobak dkk, 2004).
Vitamin
Pada masa hamil terjadi peningkatan kabutuhan vitamin. Vitamin E mencegah oksidasi vitamin A dalam saluran percenaan, sehingga lebih banyak vitamin yang diabsorpsi. Defisiensi vitamin K, yang dikenal sebagai faktor pembekuan darah yang penting dan jarang muncul pada orang dewasa (Bobak dkk, 2004).
Kalsium
Janin mengosumsi sekitar 250 sampai 300 mg kalsium setiap hari dari suplai darah ibu, terutama pada trimester tiga. Saat lahir, bayi menyimpan sekitar 25 g kalsium yang dipakai untuk perkembangan tulang (Bobak dkk, 2004).
Menggunakan garam beryodium
Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kaliumiodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung iodium. Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan iodium (GAKI) di Indonesia. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat menyebabkan penyakit gondok dan kretin (Damanik, 2011).
Kekurangan unsur iodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Seperti halnya anemia gizi besi, anak sekolah yang menderita GAKI biasanya memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan tingkat pendidikan formal tertentu. Bahkan mereka yang menderita GAKI tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan dasar. Dengan mengkonsumsi garam beriodium 6 gram sehari, kebutuhan iodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan, dianjurkan mengonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang perhari. Bagi seseorang yang harus mengurangi konsumsi garam, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya iodium. Demikian penting manfaat garam beriodium untuk mencegah dan menanggulangi GAKI (Munthofiah, 2010).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (2010), persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kadar yodium yang memenuhi syarat hanya 62,3% jauh dibawah sasaran (90%). Sasaran tersebut hanya dicapai enam provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo dan Papua Barat. Apabila keadaan ini terus berlangsung akan mengancam keselamatan janin dan anak pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Kekurangan yodium pada kehamilan merusak pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak. Kendala utama rendahnya pencapaian konsumsi garam beryodium, karena kurangnya perhatian Pemerintah
Mengosumsi tablet Fe
Jumlah besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 untuk peningkatan masa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan masa. Jumlah ini tidak termasuk jumlah yang digunakan untuk mengompensasi kehilangan besi yang terjadi selama proses melahirkan (Bobak dkk, 2004).
Seorang bayi sehat dilahirkan yang cukup bulan memiliki simpanan besi sebesar 75 mg per kilogram berat badan, sebagian diantaranya disimpan pada trimister terakhir kehamilan. Apabila tersedia tidak cukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan ibu, janin dan plasenta, cadangan zat besi dijanin tidak dikorbankan, tetapi simpanan zat besi ibu akan dipakai dan masa sel darah merah ibu akan menurun. Defisiensi besi atau anemia pada ibu dapat menyebabkan oksigen untuk janin menurun, mangakibatkan IUGR (Intauteri Gowth Retardation), pada ibu menyebabkan peningkatan gangguan jantung dan kompilkasi lain selama melahirkan (Bobak dkk, 2004).
0 komentar:
Post a Comment